I.
Subak,
Tri Hita Karana dan Permasalahannya.
1.1 Pengertian
Subak
Subak adalah suatu masyarakat
hukum adat yang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius, yang merupakan
perkumpulan petani yang mengelola air irigrasi di lahan sawah. Pengertian subak
seperti itu pada dasarnya dinyatakan dalam peraturan daerah pemerintah daerah
Provinsi Bali No. 02/PD/DPRD/1972.
Gatra religious pada sistem irigrasi subak
merupakan cerminan konsep THK yang pada hakekatnya terdiri dari gatra
parhyangan yang ditunjuk dengan adanya pura disetiap wilayah subak, gatra
palemahan ditunjuk dengan adanya kepemilikan wilayah disetiap subak, dan gatra
pawongan ditunjuk dengan adanya organisasi petani yang disesuaikan dengan
kebutuhan setempat, anggota subak, pengurus subak dan pimpinan subak.
1.2 Keberadaan
Sistem Irigrasi Subak di Bali
Keberadaan sistem irigrasi subak,
tidak terlepas dari peranan raja-raja di Bali. Keberadaan sistem irigrasi subak
tersebut telah didahului sebelumnya oleh
keberadaan sistem pertanian yang berkembang di Bali sejak tahun 678
(wardha,1989; dan Arfian 1989).
Keberadaan sistem
irigrasi subak di Bali antara lain: cakupan pengelolaan sistem subak,
Kelembagaan Sistem Subak, Kewenangan pengelolaan palemahan sistem subak, dan Stakeholders
sistem subak
1.3
Wujud
Tri Hita Karana dalam sistem irigrasi subak di Bali
a.
Subsistem Budaya
air
dianggap sangat bernilai&dihormati merupakan ciptaan Tuhan YME. Oleh karena
itu, subak menyelenggarakan upacara mendak toyo (menjemput air).
b.
Subsistem Sosial
Dicerminkan
dengan adanya organisasi subak yang disesuaikan dengan kepentingan
masyarakat(petani) setempat dan adanya awig-awig yang mengatur organisasi subak
tersebut.
c.
Subsistem artefak/kebendaan
Dicerminkan
dengan ketersedian sarana jaringan irigrasi yang sepadan dengan kebutuhan
organisasi subak, yang memungkinkan pembagian air secara adil, dan proses
saling meminjam air irigrasi dapat dilaksanakan dengan cepat.
Komentar:
Pada Bab 1, penjelasan akan subak sudah sangat terinci dan mudah untuk
dipahami.
II.
Subak
dan Usaha-usaha Pelestarian
2.1 Subak dan Tri Hita Karana (THK)
Sistem
subak di Bali berkembang pada tahun 1071, yang membuktikan subak telah terkenal
dengan sebutan Tri Hita Karana. Tri Hita Karana adalah tiga kebahagian,
ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian.
2.2 Usaha-usaha Pelestarian Sistem
Irigrasi Subak
Usaha
pelestarian terhadap keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya air di Bali melalui
sistem subak telah lama mendapatkan perhatian. Usaha keharmonisan pada sistem
subak akan tetap terjamin, bila perubahan/pengembangan salah satu komponen THK
yakni palemahan, Pawongan dan parhyangan.
Komentar:
Pada bab ini, usaha-usaha pelstarian belum dijelaskan secara spesifik lagi, dan
tidak adanya contoh penerapan usaha tersebut, maka sulit untuk dimengerti.
III.
Subak
Sebagai Teknologi Sepadan dalam Pertanian Beririgrasi
Subak pada hakekatnya merupakan
teknologi sepadan, karena sifatnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip teknologi
sepadan seperti yang dikemukakan Mangunwijaya(1985). Peran subak sebagai
teknologi sepadan bisa diamati dengan konsep
pola pikir, sosial dan artefak.
Komentar:
Bab
3 menurut saya, sudah sangat bagus isinya, karena dalam pembahasan materi pada
bab ini telah disertakan grafik-grafik. sehingga dapat membantu dalam proses
perkuliahan dan praktik.
IV.
Subak
dan Landasan Teori Transformasi
Sistem Subak yang berlandaskan THK
akan di tranformasikan dengan syarat luaran atau tujuan sistem irigrasi subak
yang melakukan pengelolaan dan pelayanan irigrasi berdasarkan harmoni, dan
kebersamaan, tidak mengalami perubahan yang nyata.
Subak telah menjadi fenomena budaya
masyarakat, juga telah terbukti mampu menerima proses transformasi internal
sebagai pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Diantaranya adalah tentang
kemampuan menyerap dinamika perkembangan teknologi, dan kemampuannya menyerap
perkembangan dinamika petani.
Komentar:
Pada bab ini, kurang diberikannya contoh permasalahan untuk memperhitungan
landasan teori transformasi, sehingga kurang untuk dipahami.
V.
Beberapa
Kasus Tentang Kemampuan Transformasi Sistem Subak
Sistem irigrasi subak pada hakekatnya
memiliki keunggulan, karena sifatnya yang spesifik dan secara teknis telah
menyatu dengan sosio-kultural masyarakat. Maka sistem ini relevan untuk di
transformasikan. Kelemahan dari sifatnya yang spesifik yaitu dalam hal kemampuan
untuk bertahan terhadap perubahan-perubahan yang sifatnya fisik maupun
kehidupan masyarakat sekitarnya yang berkembang cepat. Transformasi yang dapat
terus diperbaiki adalah kelembagaan sistem irigrasi yang ada, yang selanjutnya
diharapkan dapat meningkatkan kinerja sistem irigrasi subak.
Komentar:
Dalam bab V, hanya diberikan satu kasus saja dan tidak diberikan penjelsan tentang
perubahan-perubahan fisik yang akan mengganggu proses transformasi sistem
subak.
VI.
Esensi
Subtansi Transformasi Sistem Irigrasi Subak
·
Esensi
subtansi mencakup antara lain:
-
subak merupakan teknologi sepadan bagi
anggota subak
-
Pemahaman
terhadap pembuatan bangunan fisik dan jaringan fisik irigasi
-
Pemeliharaan
dan cara pengoperasian bangunan serta jaringan irigasi yang berpedoman pada
keserasian hidup sesuai dengan THK.
-
Masyarakat
anggota subak memahami dan menghayati keunggulan dan kelemahan sistem irigasi.
-
Untuk
menjaga kelestarian daya dukung lingkungan, suatu subak tertentu bergabung
dengan subak lain disekitarnya yang memiliki kaitan jaringan irigasi.
-
Sistem
irigasi subak memiliki peluang untuk ditransformasikan ke wilayah lain.
-
Tingkat
peluang transformasi dari subak-subak sampel menunjukkan tingkat kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari perkembangan
teknologi yang semakin kompleks.
Komentar: Dalam bab terakhir ini membahas tentang kesimpulan
dari bab 1 hingga bab 5, sehingga kita bisa mengambil point-point penting dari
bab ini. Dengan adanya bab ini, maka kita bisa mengetahui dan menindak lanjuti
bagaimana proses transformasi sisten irigrasi subak tersebut.
waaaooww....................
BalasHapus