Senin, 04 Februari 2013

SUBAK YANG BERLANDASKAN TRI HITA KARANA



I.       Subak, Tri Hita Karana dan Permasalahannya.
1.1     Pengertian Subak
                  Subak adalah suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigrasi di lahan sawah. Pengertian subak seperti itu pada dasarnya dinyatakan dalam peraturan daerah pemerintah daerah Provinsi Bali No. 02/PD/DPRD/1972.
   Gatra religious pada sistem irigrasi subak merupakan cerminan konsep THK yang pada hakekatnya terdiri dari gatra parhyangan yang ditunjuk dengan adanya pura disetiap wilayah subak, gatra palemahan ditunjuk dengan adanya kepemilikan wilayah disetiap subak, dan gatra pawongan ditunjuk dengan adanya organisasi petani yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat, anggota subak, pengurus subak dan pimpinan subak.
1.2        Keberadaan Sistem Irigrasi Subak di Bali
           Keberadaan sistem irigrasi subak, tidak terlepas dari peranan raja-raja di Bali. Keberadaan sistem irigrasi subak tersebut  telah didahului sebelumnya oleh keberadaan sistem pertanian yang berkembang di Bali sejak tahun 678 (wardha,1989; dan Arfian 1989).
Keberadaan sistem irigrasi subak di Bali antara lain: cakupan pengelolaan sistem subak, Kelembagaan Sistem Subak, Kewenangan pengelolaan palemahan sistem subak, dan Stakeholders sistem subak
1.3              Wujud Tri Hita Karana dalam sistem irigrasi subak di Bali
a.       Subsistem Budaya
air dianggap sangat bernilai&dihormati merupakan ciptaan Tuhan YME. Oleh karena itu, subak menyelenggarakan upacara mendak toyo (menjemput air).
b.      Subsistem Sosial
Dicerminkan dengan adanya organisasi subak yang disesuaikan dengan kepentingan masyarakat(petani) setempat dan adanya awig-awig yang mengatur organisasi subak tersebut.
c.       Subsistem artefak/kebendaan
Dicerminkan dengan ketersedian sarana jaringan irigrasi yang sepadan dengan kebutuhan organisasi subak, yang memungkinkan pembagian air secara adil, dan proses saling meminjam air irigrasi dapat dilaksanakan dengan cepat.
Komentar: Pada Bab 1, penjelasan akan subak sudah sangat terinci dan mudah untuk dipahami.
II.             Subak dan Usaha-usaha Pelestarian
2.1  Subak dan Tri Hita Karana (THK)
Sistem subak di Bali berkembang pada tahun 1071, yang membuktikan subak telah terkenal dengan sebutan Tri Hita Karana. Tri Hita Karana adalah tiga kebahagian, ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian.
2.2  Usaha-usaha Pelestarian Sistem Irigrasi Subak
Usaha pelestarian terhadap keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya air di Bali melalui sistem subak telah lama mendapatkan perhatian. Usaha keharmonisan pada sistem subak akan tetap terjamin, bila perubahan/pengembangan salah satu komponen THK yakni palemahan, Pawongan dan parhyangan.
Komentar: Pada bab ini, usaha-usaha pelstarian belum dijelaskan secara spesifik lagi, dan tidak adanya contoh penerapan usaha tersebut, maka sulit untuk dimengerti.
III.             Subak Sebagai Teknologi Sepadan dalam Pertanian Beririgrasi
           Subak pada hakekatnya merupakan teknologi sepadan, karena sifatnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip teknologi sepadan seperti yang dikemukakan Mangunwijaya(1985). Peran subak sebagai teknologi sepadan bisa  diamati dengan konsep pola pikir, sosial dan artefak.
Komentar: Bab 3 menurut saya, sudah sangat bagus isinya, karena dalam pembahasan materi pada bab ini telah disertakan grafik-grafik. sehingga dapat membantu dalam proses perkuliahan dan praktik.
IV.             Subak dan Landasan Teori Transformasi
           Sistem Subak yang berlandaskan THK akan di tranformasikan dengan syarat luaran atau tujuan sistem irigrasi subak yang melakukan pengelolaan dan pelayanan irigrasi berdasarkan harmoni, dan kebersamaan, tidak mengalami perubahan yang nyata.
Subak telah menjadi fenomena budaya masyarakat, juga telah terbukti mampu menerima proses transformasi internal sebagai pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Diantaranya adalah tentang kemampuan menyerap dinamika perkembangan teknologi, dan kemampuannya menyerap perkembangan dinamika petani.
Komentar: Pada bab ini, kurang diberikannya contoh permasalahan untuk memperhitungan landasan teori transformasi, sehingga kurang untuk dipahami.
V.                Beberapa Kasus Tentang Kemampuan Transformasi Sistem Subak
           Sistem irigrasi subak pada hakekatnya memiliki keunggulan, karena sifatnya yang spesifik dan secara teknis telah menyatu dengan sosio-kultural masyarakat. Maka sistem ini relevan untuk di transformasikan. Kelemahan dari sifatnya yang spesifik yaitu dalam hal kemampuan untuk bertahan terhadap perubahan-perubahan yang sifatnya fisik maupun kehidupan masyarakat sekitarnya yang berkembang cepat. Transformasi yang dapat terus diperbaiki adalah kelembagaan sistem irigrasi yang ada, yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja sistem irigrasi subak.
Komentar: Dalam bab V, hanya diberikan satu kasus saja dan tidak diberikan penjelsan tentang perubahan-perubahan fisik yang akan mengganggu proses transformasi sistem subak.
VI.             Esensi Subtansi Transformasi Sistem Irigrasi Subak
·        Esensi subtansi mencakup antara lain:
-          subak merupakan teknologi sepadan bagi anggota subak
-          Pemahaman terhadap pembuatan bangunan fisik dan jaringan fisik irigasi
-          Pemeliharaan dan cara pengoperasian bangunan serta jaringan irigasi yang berpedoman pada keserasian hidup sesuai dengan THK.
-          Masyarakat anggota subak memahami dan menghayati keunggulan dan kelemahan sistem irigasi.
-          Untuk menjaga kelestarian daya dukung lingkungan, suatu subak tertentu bergabung dengan subak lain disekitarnya yang memiliki kaitan jaringan irigasi.
-          Sistem irigasi subak memiliki peluang untuk ditransformasikan ke wilayah lain.
-          Tingkat peluang transformasi dari subak-subak sampel menunjukkan tingkat kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang semakin kompleks.
Komentar: Dalam bab terakhir ini membahas tentang kesimpulan dari bab 1 hingga bab 5, sehingga kita bisa mengambil point-point penting dari bab ini. Dengan adanya bab ini, maka kita bisa mengetahui dan menindak lanjuti bagaimana proses transformasi sisten irigrasi subak tersebut.

1 komentar: