Praktikum sistem irigasi
subak bertempat di Subak Lod Tunduh yang di laksanakan pada tanggal 4 November 2012, Subak
Lod Tunduh berada di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Luas
subak Lod Tunduh sekitar 25 ha dengan anggota berjumlah sekitar 70 orang petani.
Namun dari 70 anggota tersebut ada sebagai anggota aktif, pasif dan leluputan. Subak
Lod Tunduh adalah subak yang berada paling hulu, airnya berasal dari sungai
Ayung yang dibendung untuk mengairi subak Lod Tunduh paling pertama. Keadaan
subak Lod Tunduh yang tidak terlalu luas maka kepengurusan organisasi subak hanya
terdiri dari kelian subak (pekaseh) yaitu Bapak Ketut Suar dengan wakilnya yaitu Bapak Miasa. Subak Lod Tunduh mempunyai
sebuah pura yang bernama pura Ulun Carik. Pura Ulun Carik sebagai
tempat berlangsungnya aktivitas spiritual. Berlangsungnya aktivitas spiritual
tersebut dilaksanakan secara individu dan bersama- sama. Biasanya yang
dilakukan secara individu di lakukan setiap menanam padi sampai panen dan
secara bersamaan dilaksanakan secara bersama-sama antara lain acara nyusung dan
biodalan. Subak Lod Tunduh merupakan salah satu subak yang mampu menjaga
kelestarian lingkungan dan keharmonisan krama subaknya. Semua krama subak Lod Tunduh
memiliki prinsip dan perjanjian tidak akan menjual lahan sawahnya jika dialih
fungsikan sebagai bangunan. Batas-batas subak Lod Tunduh adalah dengan di
batasi oleh sungai, hutan dan pura.
Bangunan fisik Subak Lod
Tunduh adalah sebagai berikut :
v Pura
Labaan
Pura Labaan adalah pura yang disungsung oleh
subak gede yang terdiri dari 30 subak. Subak Lod Tunduh merupakan salah satu
subak yang menyungsung pura Labaan tersebut. Pura labaan dijadikan sebagai
tempat pertemuan seluruh anggota subak gede. Tujuannya agar antar pengurus
masing-masing subak bisa saling bertukar pikiran demi terciptanya keharmonisan
antar anggota subak gede guna mengantisipasi munculnya konflik.
v Bendungan/
bangunan bagi I
Bendungan/Bangunan bagi I merupakan saluran primer.
Saluran primer mempunyai nama yaitu sungai lauh. Sungai lauh adalah sungai
ayung yang di bendung dan airnya dibawa ke saluran primer, sehingga namanya
menjadi sungai lauh. Air pada sungai lauh mengairi 3300 hektar sawah di tiga
kabupaten di Bali. Dalam bangunan bagi satu sungai lauh airnya dibagi menjadi
tiga bagian yaitu saluran paling timur untuk mengairi sawah di daerah Kabupaten
Gianyar, di tengah untuk mengairi daerah kota Denpasar dan paling barat untuk
mengairi daerah Kabupaten Badung.
v Terowongan
Terowongan di sungai lauh terdapat pada saluran
sekunder, panjang terowongan tersebut sekitar 200 meter. Sedangkan tinggi terowongan
dibuat diatas rata-rata tinggi anggota subak dengan bentuk setengah lingkaran, tujuannya
adalah dalam pemeliharaan terowongan dapat dilakukan dengan leluasa dan menggunakan
peralatan yang sederhana. Pada bagian atas terowongan dibuat melengkung agar
ada udara di atas permukaan air pada terowongan. Sehingga apabila terjadi banjir
air tetap dapat mengalir.
v Bangunan
Pelimpah
Bangunan pelimpah adalah untuk mengalirkan
sisa-sisa air dari subak di hulu yang tidak digunakan lagi, sehingga air
tersebut dialirkan kembali ke sungai. Maka air tersebut dapat digunakan oleh
subak lain yang berada lebih di hilir. Air subak di Bali tidak ada yang
terbuang semuanya berguna dan pada akhirnya menuju ke laut. Semuanya berkaitan
satu sama lain sehingga di sebut suatu sistem.
v Bangunan
bagi II
Bangunan bagi II (sekunder) untuk membagi air
dari saluran sekunder menuju ke saluran tersier. Saluran tersier merupakan
saluran yang mengairi subak Lod Tunduh karena subak ini berada paling hulu dari
sistem irigasi. Bendung ini dibangun pada saat berada di tikungan, tujuannya
adalah agar pasir, sampah maupun lumpur mengendap karena adanya daya sentripurgal
dan tidak masuk ke saluran berikutnya.
v Pura
Subak
Subak memiliki beberapa pura yang di sung-sung
oleh seluruh anggota subak Lod Tunduh. Baik pura bersama maupun pura perorangan,
pura yang dipuja/disungsung bersama yaitu pura Subak ulun carik, Pura Bedugul, Pura
Ulun Suwi dan lain-lain. Sedangkan pura yang dimiliki petani perorangan yaitu sanggah
catu atau sanggah pengalapan. Hal ini termasuk kedalam kearifan lokal
masyarakat Bali yang bersumber pada dasar falsafah Tri Hita karana. Di samping pura subak terdapat bale subak untuk
rapat formal dan bale timbang yang berfungsi untuk rapat informal.
v Saluran
Bagi di tingkat tersier
Saluran bagi di tingkat tersier adalah bangunan
yang telah di lebarkan dari bangunan yang lebih sempit. Kemudian airnya di bagi
secara proporsional yaitu 1:5 maksudnya satu aliran untuk satu petani dan lima aliran untuk lima
petani . Air yang masuk ke areal sawah melalui one inlet system di keluarkan
melalui one onlet system kemudian dilanjutkan ke saluran berikutnya. Dari pengaturan
pengairan menggunakan system inlet dan onlet maka petani dapat melakukan
diverfikasi tanaman pada lahannya. keuntungan lainnya petani dapat saling
pinjam meminjan air. Subak ini tidak mementingkan keefisiensi tetapi
memntingkan keefektifan subak.
Gambar
1. Bangunan
bagi 1(saluran primer) 2. Terowongan 3.Bangunan pelimpah
4. Bangunan bagi II (saluran sekunder) 5. Pura subak Lod Tunduh